Tolak Pengelolaan Pulau Tabuhan Sebagai Lokasi Wisata Buka-bukaan
https://banyuwanginews1.blogspot.com/2017/05/tolak-pengelolaan-pulau-tabuhan-sebagai.html
BANYUWANGI – Belasan tokoh lintas agama
yang tergabung dalam Majelis Musyawarah Ulama dan Umat Banyuwangi
(M2U2B) mendatangi gedung DPRD kemarin (17/5). Mereka menggelar hearing
terkait rencana pengelolaan Pulau Tabuhan sebagai destinasi wisata bebas
oleh investor asing.
Hearing yang berlangsung ruang rapat khusus DPRD itu, para sejumlah
tokoh diterima langsung Wakil Ketua DPRD, HM Joni Subagio serta sejumlah
anggota DPRD Banyuwangi dari lintas komisi dan fraksi.
Dalam forum tersebut, Kiai Samsul Mua’arif mengaku mendengar kabar jika
Pulau Tabuhan yang terletak di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo akan
disewakan kepada pihak asing, dan dijadikan wisata buka-bukaan oleh
Pemkab Banyuwangi.
“Kami mohon dijelaskan terkait kabar
pengelolaan Pulau Tabuhan ini masih wacana, rencana atau sudah jadi
program,” ungkapnya. Sejak muncul kabar itu, dia banyak di datangi
sejumlah alim ulama dan kiai terkait persoalan tersebut.
Bahkan juga sudah ada laporan, jika
masyarakat Desa Bangsring juga pernah dikumpulkan untuk membahas
pengelolaan wisata Pulau Tabuhan tersebut. Jika benar adanya pulau
Tabuhan akan dikelola pihak asing, apalagi dijadikan wisata buka-bukaan.
Maka dengan tegas, dia bersama ulama dan kiai tegas menolak hal
tersebut.
“Kalau program baik, dan mendatangkan
manfaat untuk umat akan kami dukung. Tapi jika program itu justru banyak
mudaratnya, jangan sesalkan jika kiai-kiai turun gunung berjuang demi
umat yang lebih baik,” terang Samsul.
Kedatangan para kiai tersebut merupakan
bentuk kepedulian ulama dalam rangka masa depan serta untuk mempro-
teksi generasi muda agar tidak ikut terbawa budaya asing, yang
jelas-jelas akan meracuni masyarakat Banyuwangi.
“Kami terpanggil untuk meluruskan akan
hal ini, jangan sampai membodohi rakyat,” jelasnya. Joni Subagio
mengatakan, hingga kini lembaga DPRD masih belum mendapat konfirmasi
resmi dari eksekutif terkait pengelolaan aset pulau tabuhan tersebut.
Karena seluruh aset yang akan dikelola juga harus mendapat persetujuan
dan sepengetahuan DPRD Banyuwangi.
“Kalau memang akan dijadikan wisata dan
dikelola pihak asing, maka saya yang akan pertama kali menolak,” terang
Joni. Dalam pertemuan itu juga dihadiri sejumlah pejabat pemkab
Banyuwangi, perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Cipta
Karya dan Penataan Ruang, Plt. Kabag Pembangunan, serta perwakilan
kiai, diantaranya Kiai Suyuti Toha. (radar)
Posting Komentar