Dari 6.300 Pendaftar yang Lolos 140 Orang
https://banyuwanginews1.blogspot.com/2017/06/dari-6300-pendaftar-yang-lolos-140-orang.html
Pepri memegang senjata SS2V5 otomatis di sektor North El Fasher, Sudan.
RUMAH berdinding tembok di ujung lorong kawasan Perumahan Pesat Gatra
Blok M nomor 19, Kelurahan Kebalenan, Banyuwangi itu terlihat lengang
siang itu. Seorang pria berumur 30 tahun terlihat santai sembari duduk
di kursi kayu.
Pria tersebut adalah Tri Pepri Alfiyan
yang sehari-harinya sebagai anggota Intelkam Polres Banyuwangi. Wartawan
Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP-RaBa) bersyukur bisa menemui Pepri,
panggilan akrabnya.
Sudah hampir
sepekan ini, polisi kelahiran Desa Lukjag, Rogojampi itu berada di
Banyuwangi. Bapak dua anak itu pulang dalam rangka cuti sepuluh hari
dari tugasnya sebagai anggota Satgas Garuda Bhayangkara (Garbha) II
Fored Police Unit (FPU) Indonesia IX di Sudan.
“Saya dapat cuti sepuluh hari. Tanggal
10 Juni besok harus meninggalkan Banyuwangi untuk kembali ke EI Fasher,
Darfur, Sudan,” ujar Pepri mengawali perbincangan dengan JP-RaBa. Polres
Banyuwangi patut berbangga memiliki personel yang tergabung dalam
pasukan United Nations African Union Hybrid Mission In Darfur (Unamid).
Untuk
bergabung bersama dengan pasukan PBB tersebut juga bukan hal mudah.
Seleksinya sungguh ketat. Dari 6.300 pendaftar dari seluruh lndonesia,
yang lolos hanya 140 orang. Anggota FPU ini memiliki ketrampilan khusus
kepolisian, seperti dalam pengendalian massa, menggunakan persenjataan
dengan dibekali teknik dan taktik pertempuran kota, pembebasan sandera,
serta mampu mengatasi gangguan keamanan bersenjata dalam tingkat
intensitas risiko yang tinggi.
“Personel FPU mampu bergerak dengan
cepat di dalam lingkup area penugasan misi perdamaian PBB,” ujar Pepri.
Sekadar diketahui, konflik di Darfur meletus tahun 2003. Konflik ini
mengakibatkan jutaan manusia terpaksa mengungsi di IDP (Internally
Displaced Persons) camps.
Ratusan
ribu orang terbunuh akibat konflik berkepanjangan yang melibatkan
faksi-faksi pemberontak yang melawan pemerintah Sudan. Pemerintah Sudan
sendiri menggunakan milisi bayaran dari suku keturunan Arab yang dikenal
sebagai “Janjaweed” untuk menghadapi pemberontak yang berasal dari suku
asli afrika.
Sesuai kriteria yang
diinginkan, personel yang tergabung dalam FPU harus memiliki
keterampilan khusus kepolisian. Kriteria itu dipenuhi oleh Pepri.
Setelah mengikuti rangkaian tes, Pepri akhirnya lolos. “Saat itu
pendaftarannya via online,” ujarnya.
Pria bertubuh kekar, berperawakan dempal
itu harus rela bolak-balik Banyuwangi-Jakarta hanya untuk ikut serta
dalam pendaftaran. Saat itu, pendaftarannya di bulan Desember 2015 dan
masuk menjalani tes pada bulan Maret 2016 di Mabes Polri.
“Saat
itu jumlah pendaftarnya mencapai sekitar 6300 an anggota Polri seluruh
Indonesia dan yang dipilih hanya 140 orang personel,” jelas putra ketiga
dari tiga bersaudara itu. Semangat justru semakin menggelora dan
tertantang manakala mendapat serangkain tes, mulai dari tes kesehatan
jasmani dan rohani, tes psikologi, akademik, menembak, driver, dan
sejumlah tes lainnya.
Seluruh tahapan
tes itu berhasil dilalui dengan lancar hingga dia lolos seleksi dan
dikirim ke Sudan. Seleksi yang dilakukan tim Mabes Polri memang bukan
main-main. Selain serangkaian tes tersebut, para personel dituntut
menguasai Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
“Dari
Jawa Timur yang lolos seleksi hanya enam orang,” ungkapnya. Enam
personel dari Pola Jatim yang lolos seleksi itu dari Brimob Medaeng,
Brimob Malang, anggota Polres Mojokerto dan Sekolah Polisi negara (SPN)
Mojokerto.
Setelah lolos seleksi,
pada akhir Desember 2016 lalu, Pepri ber sama 140 rekannya resmi
bertugas dan diberangkatan ke daerah El Fasher, Darfur, Sudan. Salah
satu hal yang paling mengesankan selama bertugas di Sudan adalah
mendapatkan penghargaan langsung dari Duta Besar Indonesia untuk Sudan.
Selain
bertugas di daerah gurun pasir, Pepri juga ikut mempromosikan budaya
Indonesia. Dia berpartisipasi dalam acara Indonesian Cultural Night 2017
yang dilaksanakan di Khartoum, Ibu kota Republik Sudan pada 13-14 April
2017.
Indonesian Cultural Night
adalah sebuah pertunjukan seni tari di Khartoum. Penampilan Pepri
bersama anggota Polri lainnya mampu menghibur dan memukau. Saat itu, dia
bersama personel lainnya menampilkan tarian reog Ponorogo dan tari
Mambri dari Papua.
“Kebetulan saat
masih pra operasi, saya dan teman-temann sempat dilatih menari,”
kenangnya. Tidak sekadar mahir menampilkan tarian Indonesia, Pepri
ternyata mampu menirukan tarian khas dari negara Mesir.
Karena
keberhasilannya menari, pasukan Garbha II FPU IX diundang khusus ke
camp pasukan dari negara Mesir dan Nepal untuk unjuk kebolehan menari.
“Kami belajar menari dari rekaman-rekaman,” ujar Pepri.
Hingga
kini, Pasukan Garuda Bhayangkara II Formed Police Unit (FPU) IX dari
Indonesia masih menjadi pasukan yang disegani. Sejauh ini, personel dari
Indonesia terkenal sebagai pasukan yang ramah, dan mampu berkomunikasi
dengan baik.
Bagi Pepri bertugas ke
Sudan yang membawa misi kemanusiaan dan perdamaian adalah sebuah
kebanggaan dan pengalaman yang tak terlupakan. “Saya pulang ke
Banyuwangi karena cuti. Dalam perjalanan pulang cuti, saya sempatkan
umrah. Misi perdamaian ini akan berakhir bulan Februari 2018 mendatang.
Mohon doanya,” tandas alumni SMKN I Glagah tersebut. (radar)
Posting Komentar