NU dan RMI Tolak Full Day School
https://banyuwanginews1.blogspot.com/2017/06/nu-dan-rmi-tolak-full-day-school.html
GENTENG – Pengurus Cabang Nahdlatul
Ulama (PCNU) Kabupaten Banyuwangi, menolak rencana sekolah lima hari
dengan sistem Full Day School (FDS) yang akan diterapkan oleh menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Muhadjir Effendy.
Ketua
Tanfidziyah PCNU kabupaten Banyuwangi, KH. Masykur Ali, menilai
kebijakan Mendikbud itu jelas akan mengubah bahkan merusak jadwal
pendidikan diniyah, dan Taman Pendidikan Quran (TPQ) yang selama ini
sudah bergandengan dengan pendidikan formal. Itu bisa dilihat dari
jadwal masuk dan pulang sekolah.
Padahal, kegiatan TPQ dan sekolah
diniyah itu dilaksanakan usai sekolah regular, yakni mulai pukul 13.00
hingga pukul 15.00. “Selama ini sudah bisa dirasakan hasilnya saat
anak-anak belajar agama melalui TPQ,” ungkapnya.
Sinergitas
lembaga sekolah formal dan lembaga pendidikan diniyah yang selama ini
terbangun, itu perlu dipertahankan. Apalagi, peran lembaga-lembaga itu
sangat penting. Tugas membantu proses belajar anak-anak, tidak bisa jika
hanya dibebankan pada guru di SD saja.
“Kalau
hanya guru agama di SD saja, tidak akan mampu,” cetus mantan pengawas
pendidikan di Kabupaten Banyuwangi itu. Kiai Masykur menyebut, jika
kebijakan FDS itu dipaksakan, maka berpotensi menutup kegiatan TPQ yang
selama ini memiliki andil dalam memberikan warna pendidikan kepada
anak-anak.
Dan itu, juga akan berpengaruh terhadap
rutinitas dan aktivitas para guru ngaji. “Dengan dicanangkan ada full
day school, maka gulung tikar TPQ,” tutupnya. Rencana pemerintah akan
melibatkan guru diniyah dalam kebijakan FDS itu, Kiai Masykur mengaku
pesimistis. Menurutnya, rencana itu selama ini belum dimunculkan di
publik secara jelas.
“Sampai hari ini
kan belum ada juklak dan juknis,” terangnya. Bahkan, Kiai Masykur
menilai nanti akan menimbulkan masalah baru, karena selama ini para
siswa sudah memiliki kecenderungan kepada lembaga diniyah tertentu. Jika
sekolah membuat aturan belajar diniyah disatukan, maka akan
menyulitkan pihak lain.
“Ini akan
memicu persoalan,” ucapnya. Kiai Masykur mengaku akan mengambil langkah
tegas bila rencana FDS itu benar-berair dilaksanakan. Malahan sudah ada
yang berencana untuk menggelar aksi turun jalan.
“Kalau
diteruskan, nanti teman-teman dari lembaga diniyaht ngajak turun
jalan,” tegasnya. Di tempal terpisah, ketua RMI Kabupaten Banyuwangi, KH
Ahmad Munib syafaat, juga menyatakan yang sama.
Sejak
awal kalangan pesantren menolak adanya rencana FDS. Rencana itu jika
dijalankan akan mengurangi jam pelajaran diniyah yang sudah dilakukan di
lembaga pendidikan diniyah. “Sejak awal kami tidak setuju. Karena akan
memangkas jam pendidikan anak di pendidikan berbasis agama, seperti TPQ
dan madrasah diniyah,” tegasnya.
Gus
Munib, sapaan KH Ahmad Munib syafaat menyampaikan jika rencana ini
berlanjut, kalangan pesanttren akan mengirimkan surat resmi penolakan
kepada pemerintah pusat. “Kita akan kirim surat resmi pada pemerintah
pusat,” cetusnya. (radar)
Posting Komentar