Pilih Baca Soal daripada Pakai Braile
https://banyuwanginews1.blogspot.com/2017/05/pilih-baca-soal-daripada-pakai-braile.html
Silvia Defi, siswi kelas 9 SMPLB Banyuwangi sedang mengerjakan soal unas.
BANYUWANGI – Keseriusan penyelenggaraan
ujian nasional jenjang SMP ternyata juga berlaku bagi siswa berkebutuhan
khusus di SMPLB Banyuwangi. Kemarin (4/5) para siswa kelas 9 yang
tinggal selangkah lagi menyelesaikan pendidikan SMPLB-nya berjuang keras
mengerjakan ujian nasional kertas dan pensil (UNKP).
SMPLB Banyuwangi menjadi lokasi ujian
bagi sub rayon 1 di Banyuwangi. Peserta unas 24 siswa-siswi yang berasal
dari beberapa SMPLB di wilayah sekitar Banyuwangi kota seperti Kalipuro
dan Licin.
Masing-masing siswa dikelompokkan di
dalam kelas sesuai dengan ketunaan yang mereka alami. Beberapa pengawas
ujian juga terlihat mendampingi para siswa untuk membantu mereka membaca
soal ujian.
“Di Banyuwangi ada 52 siswa SMPlB dibagi
dalam dua rayon. Disini menjadi tempat untuk siswa dari sub rayon 1
sedangkan yang sub rayon 2 di SMPLB Jajag, Gambiran,” terang Kepala
SMPLB, Lilik Mandarani Suprapto.
Ada beberapa perbedaan yang diterapkan
dalam unas untuk SMPLB pada tahun ini. Yang pertama adalah penyamaan
waktu ujian bagi siswa dengan ketunaan grahita. Tahun lalu ssiwa dengan
istilah tuna C ini harus mengikuti ujian di luar waktu yang sama dengan
rekan-rekannya. Karena siswa dengan ketunaan ini diangap memiliki
kekhususan tersendiri.
“Sekarang ini soal mereka yang membuat
dari kabupaten. Jadi bukan dari pusat. Mereka ini mengikuti ujian
sekolah bukan ujian nasional. Ini sudah instruksi dari pusat agar mereka
tidak merasa dibedakan,” terang Lilik.
Lilik menambahkan, untuk siswa low
vision atau biasa masuk kategori tuna netra menggunakan soal biasa.
Bukan soal dengan huruf braile seperti biasanya. “Tahun ini soal braile
malah tidak kita pakai, para siswa mengatakan lebih mudah dengan membaca
langsung dari jarak dekat daripada braile.
Mereka yang tuna netra kebanyakan masih
bisa melihat meskipun jaraknya harus dekat, tidak buta seutuhnya,”
imbuhnya. Terkait peraturan untuk ujian nasional di SMPLB sendiri,
wanita yang menjadi tenaga pendidik sejak tahun 1982 itu mengatakan,
semuanya sama dengan unas di sekolah reguler. Mulai dari distribusi soal
sampai pengembalian soal.
“Standar kelulusan kita saja yang perlu
penyesuaian tidak sama dengan sekolah umum. Bobot soalnya juga berbeda.
Tapi standar nilainya tetap sama, 7.0,” pungkasnya. (radar)
Posting Komentar