Anas Jajaki Kerja Sama dengan Jepang
https://banyuwanginews1.blogspot.com/2017/04/anas-jajaki-kerja-sama-dengan-jepang.html
TOKYO – Pertemuan High Level Forum Leadership Enhancement and Administrative Development for Innovative Governance in Asia (Leding) di Tokyo, Jepang dimanfaatkan Bupati Abdullah Azwar Anas untuk menjajaki kerja sama global dengan beberapa negara.
Jepang
menjadi target utama lobi Anas untuk menjalin kerja sama dengan Pemkab
Banyuwangi. Dalam forum yang digelar Japan International
Cooperation Agency (JICA) dan The National Graduate Institute for Policy
Studies (GRIPS) tersebut, Anas menangkap beberapa peluang yang
ditawarkan Jepang kepada Indonesia.
”Jepang berminat membantu daerah-daerah di Indonesia terkait penguatan kapasitas birokrasi. Selama ini Jepang
banyak bantu Indonesia di bidang infrastruktur, sekarang mulai
berminat bantu di reformasi birokrasi,” ungkap Anas kemarin (26/4).
Dalam pertemuan yang berlangsung dua
hari mulai Selasa hingga Rabu kemarin, Anas mengaku bertemu dengan
Presiden GRIPS Akihiko Tanaka dan Wakil Presiden GRIPS Kiyotaka
Yokomichi.
Dalam pertemuan khusus itu, Anas
menyampaikan beberapa pembenahan yang dilakukan Banyuwangi seperti
program Smart Kampung dan tantangan-tantangan ke depan. “Selama ini
Banyuwangi didampingi beberapa lembaga luar negeri untuk penguatan
birokrasi seperti dari Gesellschaft für Internationale
Zusammenarbeit (GIZ) Jerman. Jika Jepang nanti membantu, tentu akan sangat berarti bagi Banyuwangi,” papar Anas.
Sekjen Kementerian Desa, Transmigrasi, dan Pembangunan Daerah Tertinggal Anwar Sanusi yang ikut dalam forum di Jepang mengatakan, Banyuwangi adalah salah satu potret keberhasilan dalam menjalankan pengelolaan pemerintahan yang mendorong peningkatan kepuasan serta kesejahteraan publik.
”Keberhasilan ini salah satunya karena
faktor leadership dengan berpijak pada kekuatan dan kearifan potensi
lokal. Karena itu, GRIPS memilih Banyuwangi sebagai model yang baik,”
kata Anwar.
Sanusi mencontohkan, inisiatif
Banyuwangi dalam pengelolaan pembangunan desa melalui sisem e-village
budgeting dan e-monitoring system. Dalam sistem tersebut, perencanaan
hingga pelaporan di tingkat desa terintegrasi dalam sebuah sistem,
sehingga tidak bisa ada intervensi program pembangunan di tengah jalan.
Selain itu, pengawasan juga dilakukan
melalui sistem lengkap dengan titik koordinat dan gambar perkembangan
proyek pembangunan, sehingga menutup celah adanya proyek ganda
atau fiktif. ”Banyak pembelajaran dari Banyuwangi seperti pengelolaan
dana desa yang transparan dan akuntabel. Selain itu ekspansi masif
teknologi informasi ke desa- desa juga contoh baik,” ujar Anwar.
Anas menambahkan, di Banyuwangi memang
dana yang digelontorkan ke desa dari APBD diberi sejumlah ketentuan.
Selain untuk program-program yang langsung terasa di publik seperti
bedah rumah, Anas juga mewajibkan desa mengalokasikan dana untuk
belanja jaringan data.
Sehingga internet masuk kampung,
dimanfaatkan warga untuk banyak hal dan sekaligus membantu mempercepat
pelayanan publik di kantor desa. “Sudah sekitar 60 desa teraliri fiber
optic, kita targetkan 145 desa tersambung fiber optic pertengahan
2018,” tambah Anas. (radar)
Posting Komentar