Piawai Menirukan Karakter Semua Binatang
https://banyuwanginews1.blogspot.com/2017/04/piawai-menirukan-karakter-semua-binatang.html
DEDI Miswar, 14, siswa SDLBA Negeri Banyuwangi menorehkan prestasi
gemilang. Dia berhasil menyabet juara pertama dalam lomba bercerita yang
dihelat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Festival Literasi
Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus di Pekanbaru, Riau, pada 4-7 April
2017 lalu.
Saat ditemui wartawan Jawa Pos Radar
Banyuwangi di sekolahnya kemarin (19/4), Dedi Miswar tampak masih sibuk.
Dia sibuk berlatih bermain angklung dan latihan cerita lagi. Maklum,
tanggal 2 Mei 2017 mendatang, dia akan mengisi acara peringatan
Hardiknas di Surabaya.
Dia menjadi bintang tamu setelah
berhasil mengharumkan nama khususnya Banyuwangi di kancah nasional dalam
lomba cerita. Suara Dedi yang lantang langsung terdengar begitu
mengetahui bahwa dia akan diwawancara.
Dengan sigap, dia sejenak mengakhiri
latihannya untuk menuju ruang kepala sekolah. Dedi pun berbagi cerita
tentang suksesnya menjadi yang terbaik di tingkat nasional. “Senang
sekali bisa menjadi juara. Tentunya banggalah,” kata Dedi membuka
obrolan.
Mewakili Provinsi Jawa Timur, Dedi
berhasil mengalahkan 34 peserta lainnya dari 34 provinsi se-lndonesia.
Selama perlombaan yang berlangsung sejak tanggal 4-7 April lalu, lomba
literasi kategori cerita diikutinya dengan lancar.
Dedi dan tim dari SDLB A Negeri
Banyuwangi sudah menyiapkan dua cerita. Yang pertama adalah cerita
Bangau Mau karena Keserakahannya, dan di babak final Dedi membawa cerita
tentang Serigala dan Ayam.
Semua cerita itu memang sengaja diambil
dari cerita binatang sebab hal itu sangat cocok digunakan untuk
anak-anak. Tidak salah, karena judul dengan tema binatang itu, Dedi juga
mendapatkan nilai plus sehingga mengantarkannya menjadi juara.
Tidak hanya segi cerita, bakat dari Dedi
menjadi seorang dalang juga menjadi penilaian tersendiri. Dalam setiap
ceritanya, dia tidak hanya menjadi seorang narator pengantar cerita
saja. Dia juga harus bisa mengubah karakternya menjadi sosok karakter
dari cerita itu.
Ada yang menjadi seorang ayam, kepiting,
bangau, kodok, serigala dan lain sebagainya. Ditotal ada sekitar 10
karakter lebih dia perankan dalam sebuah cerita. “Kalau jadi ayam ya
harus mirip ayam suaranya, jadi serigala ya harus lebih garang
suaranya,” ujar bocah asal Kecamatan Mlandingan, Kabupaten Situbondo
ini.
Gampang-gampang susah menurut Dedi untuk
menirukan karakter dalam setiap dongeng. Harus ada pendalaman terlebih
dahulu sebelum sebuah cerita akan ditampilkan. Bahkan, jika dalam suatu
cerita satu sosok harus menangis, Dedi pun harus menangis selayaknya
karakter yang dimainkan itu menangis.
“Kalau marah ya marah, biasanya saya
membayangkan yang sebel-sebel biar bisa marah.” ungkap Dedi tanpa
menyebutkan hal apa yang membuatnya marah. Pada penilaian lomba cerita
di Pekanbaru, Riau, pekan lalu, vokal dan ekspresi juga menjadi
penilaian utama.
Dedi pun mampu menguasai semua itu meski
ada keterbatasan di dalam tubuhnya. Dia tampak percaya diri dalam
setiap sesi perlombaan. “Kita harus menghayati kalau bercerita agar
cerita itu benar-benar hidup,” tambah anak kedua dari Muhammad Ichsan
dan Hati Fatujanah ini.
Dunia literasi cerita dongeng ini,
memang dia geluti sudah sejak lama. Bakat seni tidak hanya dalam hal ini
saja. Dedi juga sangat berminat dalam segi seni lainnya seperti
bermusik, bernyanyi dan seni lainnya.
“Saya memang ingin jadi seniman. Seniman
apa saja, yang penting bukan seniman lukis, karena itu tidak mungkin,”
ungkapnya lantas terkekeh. Meski dia menyebutkan ingin menjadi seniman
apa saja. Tapi dalam hati kecilnya, dia sangat bercita-cita sekali bisa
menjadi seorang pengisi suara dalam kartun anak-anak.
Dengan PD nya, Dedi juga langsung men
contohkan suara karakter kartun Spongebob dan Patrick. Suaranya pun
hampir sama. Patriiick… patriiiccck… jangan ambil makananku. Begitulah
sepatah kata yang ditirukan Dedi dengan karakter suara kartun Spongebob.
“Iya, mudah-mudahan saja ada yang
menawari saya jadi dubber (pengisi suara)? ujarnya didampingi Kepala
SDLB A Negeri Banyuwangi, Kateni dan guru pembimbing Atfal Fadloli.
Juara pertama tingkat nasional yang diraih tidak akan dia persembahkan
untuk dirinya.
Dedi mengatakan, gelar juara yang dia
raih ini akan dia persembahkan kepada kedua orang tuanya dan untuk
sekolah yang telah membimbingnya. Kedua orang tua yang ada di Situbondo
pun sudah tahu kalau Dedi mendapatkan juara.
“Orang tua sudah saya SMS, mereka
bangga. Tapi saya diminta untuk syukuran dengan teman-teman saya di
Banyuwangi atas kesuksesan ini,” kata dia. Guru pembimbing SDLBA Negeri
Banyuwangi, Atfal Fadloli, mengatakan, untuk memberikan arahan kepada
Dedi Miswar agar menampilkan sebuah cerita yang menarik dengan ekspresi
yang menarik tidaklah sulit.
Tentunya, karena memang sudah adanya
bakat di dalam tubuh Dedi membuat pembimbing tidak terlalu kesulitan
“Kami yang menyiapkan dua cerita itu. Durasinya harus 10 menit. Dedi
Alhamdulillah mampu menampilkan yang terbaik dengan berbagai karakter
tokoh dalam sebuah cerita,” kata Atfal.
Saat perlombaan di Pekanbaru, Riau,
pekan lalu, Dedi sebenarnya sempat mengalami kendala. Saat itu, suara
mik tidak keluar dengan baik, dan itu membuat konsetrasi Dedi sempat
blank. Oleh Atfal, Dedi diminta untuk terus berecrita tanpa harus
mengunakan mikropon.
Nyatanya. Dedi mampu menampilkan sebuah
cerita dengan lantang tanpa menggunakan MIC. “Suara Dedi tanpa mik
ternyata bisa terdengar lantang di seluruh ruangan,” tandasnya. Kepala
SDLB A Negeri Banyuwangi, Kateni mengaku sangat bangga dengan torehan
prestasi yang diraih oleh anak didiknya.
Tentunya, hal ini diharapkan bisa
menjadi pelecut semangat bagi siswa-siswi lainnya agar terus
berprestasi. Prestasi yang diraih menjadi bukti bahwa keterbatasan fisik
bukanlah menjadi rintangan untuk menggapai sebuah angan- angan.
“Dedi bisa menjadi contoh untuk
teman-temannya di sini. lni juara kategori literasi Nasional pertama
yang diraih sekolah kami. Tentu ini membanggakan Banyuwangi di kancah
Nasional,” pungkas Kateni sambil menepuk pundak Dedi Miswar. (radar)
Posting Komentar