Hasil Kopi di Ekspor ke Amerika dan Timur Tengah
https://banyuwanginews1.blogspot.com/2017/05/hasil-kopi-di-ekspor-ke-amerika-dan.html
Manajer Perkebunan Malangsari PTPN XII, Arif Budianto, melakukan giling
kopi disaksikan Kepala Dinas Perkebunan, Kehutanan dan Pertanian, Arif
Setiawan dan jajaran Forpimka Kalibaru.
PERKEBUNAN Malangsari PTPN XII, Kecamatan Kalibaru,
Banyuwangi, menggelar selamatan giling kopi tahun 2017 yang bersinergi
dengan petani kopi rakyat di Aula Kantor Perkebunan Malangsari, kemarin
siang (22/5).
Kegiatan tersebut diikuti jajaran staf dan karyawan Perkebunan
Malangsari, serta para petani kopi rakyat sekitar yang selama ini
bersinergi dengan pihak perkebunan. Hadir juga dalam acara tersebut,
Kepala Dinas Perkebunan, Kehutanan dan Pertanian Banyuwangi, Arif
Setiawan, Forum Pimpinan Kecamatan Kalibaru, serta para tokoh
masyarakat.
Manajer Perkebunan Malangsari PTPN XII, Arif Budianto mengatakan,
kegiatan tersebut rutin digelar setiap tahun ketika masa giling atau
panen kopi. “Kemarin kita gelar santunan untuk anak yatim, hari ini
selamatan dan nanti malam pengajian,” ujarnya.
Arif menuturkan, sejak tiga tahun ini
Perkebunan Malangsari melakukan kemitraan dengan petani kopi rakyat
melalui program bina lingkungan dan kemitraan lingkungan (PKBL).
Sebelumnya, para petani yang menanam kopi sekitar 900 hektar, melakukan
penanaman dan perawatan ala kadarnya.
Bahkan mereka menjual panennya ke
tengkulak dengan harga relatif murah. Namun, sejak tiga tahun lalu,
melalui PKBL. Perkebunan Malangsari melakukan kemitraan sekaligus
pembinaan kepada petani kopi rakyat.
“Cara menanam dan merawat kopi mereka
persis dengan perkebunan, dan hasil panennya dijual ke kita dengan harga
yang relatif bersaing bahkan lebih mahal,” jelasnya. Bahkan, melalui
PKBL tersebut, para petani kopi yang sebelumnya terikat hutang dengan
para tengkulak, kini bisa ditutup oleh pihak perkebunan.
Tahun kemarin, pinjaman yang di salurkan
sebanyak Rp. 750 juta dan tahun ini Rp 2 miliar. Uang sebanyak itu,
disalurkan melalui banyak kelompok petani kopi rakyat. Setiap kelompok
terdiri dari enam sampai tujuh orang, dan rata-rata dipinjami
perkebunan antara Rp.50 juta hingga Rp.75 juta.
“Nah ketika panen seperti sekarang
ini, mereka jual kopinya ke kami. Jika hasil panen kopi tersebut
melebihi dari jumlah pinjaman yang diberikan, maka kelebihannya kita
beli secara tunai,” ujarnya.
Arif yang juga Ketua Gabungan Perusahaan
Perkebunan (GPP) itu menjelaskan, hasil panen kopi rakyat dan per
kebunan tersebut, nantinya diolah secara sendiri-sendiri dan diberi
merek tersendiri.
Meski demikian, hasil kopi dari
perkebunan yang luasnya mencapai 1.100 hektar dan kopi rakyat 900
hektar yang sudah diproses tersebut, sama-sama diekspor ke luar negeri,
seperti Amerika, Belanda, Italia, Jepang, Jerman, dan Timur Tengah.
“Jadi 80 persen kopi kita, baik
dari perkebunan maupun kopi rakyat memang kita ekspor, dan 20 persen
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” tandasnya. Di sisi lain, Arif
menjelaskan, bahwa tujuan PKBL tersebut, selain soal jual beli kopi,
juga untuk menjaga kekompokan dan kemitraan antara Perkebunan
dengan masyarakat sekitar.
“Jadi ini adalah sinergi antara perkebunan dengan masyarakat,” pungkasnya. (radar)
Posting Komentar