Selamatkan Anak, Nelayan Hilang Terseret Arus
https://banyuwanginews1.blogspot.com/2017/06/selamatkan-anak-nelayan-hilang-terseret.html
Waspadai Tingginya Ombak Selat Bali
Seorang nelayan menghindari kepungan ombak di pantai Bulusan, Kalipuro siang kemarin.
WONGSOREJO – lni peringatan bagi
operator kapal dan nelayan yang biasa melintas di selat Bali. Selama
tiga hari ke depan, tinggi gelombang air laut di perairan selat Bali dan
Banyuwangi Selatan masih cukup tinggi.
Usai
hujan deras yang terjadi di Banyuwangi tiga hari lalu, kondisi
gelombang di dua wilayah perairan itu masih belum mengalami penurunan.
Berdasarkan data dari satelit cuaca yang dirilis Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, tinggi gelombang di
perairan selat Bali masih berkutat di 0,5 hingga 1,3 meter.
Dengan tinggi puncak gelombang meningkat
dari pukul 09.00 hingga pukul 16.00. Sedangkan di wilayah Banyuwangi
Selatan, tinggi gelombang yang ada bisa mencapai 3 meter. Tinggi
gelombang tersebut, menurut Prakirawan BMKG Banyuwangi, Dita
Purnamasari, tergolong cukup tinggi.
Apalagi
dengan awan columnimbus yang muncul akibat masih hangatnya permukaan
air laut kerap menciptakan perubahan cuaca dan tingginya embusan angin.
Termasuk juga mempengaruhi tinggi rendahnya gelombang di wilayah
perairan.
“Kategorinya masih cukup
tinggi. Apalagi di wilayah perairan selatan. Berkisar antara 2-3 meter.
Karena itu kita himbau nelayan maupun pengguna jasa penyeberangan laut
untuk berhati-hati,” ujarnya.
Dita menambahkan, jika hujan ringan dan sedang masih bisa terjadi secara
merata di Banyuwangi. Untuk hari ini (12/6) dari wilayah Wongsorejo
hingga Tegalsari diprediksi mengalami hujan sedang di malam hari. Bahkan
untuk wilayah Kabat hingga Sempu diprediksi sudah turun hujan sejak
sore hari.
Sementara, tingginya ombak di selat Bali
memakan korban. Suryadi, 38, warga Dusun Krajan, RT 01/RW 02, Desa
Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo terseret arus saat hendak menyelamatkan
anaknya.
Saat musibah terjadi,
Suryadi bersama kedua anaknya sedang mencari kerang di pantai Bimo, Desa
Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo, Sabtu lalu (10/6). Pukul 16.45 Suryadi
sedang mencari kerang di pinggir pantai ketika laut sedang surut sejauh
10 meter dari bibir pantai.
Sementara
kedua anaknya asyik bermain di pinggiran pantai sambil melihat
aktivitas ayahnya tersebut. Ketika sedang asyik bermain pasir, kedua
anak itu lari menuju ke lokasi Suryadi mencari kerang.
Bocah
tersebut takut ada orang gila yang sedang berjalan ke arahnya. Karena
ketakutan, kedua bocah itu lari dan berteriak menuju ayahnya. Mereka
tidak tahu kalau pinggiran pantai tersebut terdapat palung yang dalam
serta berarus besar.
Kedua anak itu
langsung tenggelam karena tidak bisa berenang. Keduanya hanya bisa
berteriak dan meminta tolong. Mendengar suara teriakan, Suryadi berlari
menuju ke tempat tenggelamnya kedua anak itu.
Seorang
nelayan yang melihat kejadian itu juga ikut menyelamatkan kedua anak
tersebut. Akhirnya kedua anak suryadi pun dapat diselamatkan oleh
nelayan tersebut. Nasib Suryadi justru bertolak belakang. Dia malah
terseret derasnya arus pantai Bimo.
“Kedua
anaknya bisa diselamatkan, Suryadi justru terseret aru,” ujar Supri,
warga Desa Bimorejo. Nelayan pantai Bimorejo langsung menyisir lokasi
kejadian dengan mengunakan perahu tradisional.
Hingga
Minggu pagi kemarin (11/6), pencarian belum membuahkan hasil. Badan SAR
Nasional (Basarnas), Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) beserta
beberapa personel Satpolair terus berupaya melakukan pencarian.
“Sampai
pukul 12.00 masih belum ditemukan tanda-tanda korban,” ujar Aipda
Hardi, anggota satpolair Banyuwangi. Kegiatan penyisiran korban masih
terus dilanjutkan sampai pukul 16.00 kemarin. Hasilnya tetap nihil.
Kondisi air laut yang keruh dan ombak yang tidak bersahabat, memaksa
petugas gabungan menghentikan pencarian.
“Kami
dan Basarnas, Polaair, dan TNl AL masih akan terus mencari korban yang
hilang,” tandas Brigadir Roni, anggota Polsek Wongsorejo. (radar)
Posting Komentar