Terus Lestarikan Tradisi Lama, Pemkab Banyuwangi Gelar Festival Patrol
https://banyuwanginews1.blogspot.com/2017/06/terus-lestarikan-tradisi-lama-pemkab.html
BANYUWANGI – Musik Patrol merupakan salah satu kesenian tradisi yang
telah lama berkembang di Banyuwangi. Saat bulan Ramadan tiba, patrol
atau ronda sambil membawa beberapa alat musik yang terbuat dari bambu,
sering dilakukan warga untuk membangunkan orang-orang saat sahur.
Untuk melestarikan tradisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
menggelar Festival Patrol. Festival patrol yang dilangsungkan pada 13-14
Juni, resmi dibuka Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Selasa malam
(13/6) di lapangan parkir depan Stadion Diponegoro.
Pembukaan festival patrol berlangsung lancar dan semarak. Walau pun
udara malam cukup dingin, warga tetap antusias membanjiri lokasi
tersebut. Tampak pula di tengah undangan Bupati Pakpak Bharat, Remigo
Yolando Berutu beserta istri, Ketua DPRD Pakpak Bharat dan beberapa
anggotanya, serta para kepala SKPD. Total ada 56 orang. Mereka terlihat
lebur di tengah penonton. Selain itu juga terlihat beberapa wisatawan
asing yang tampak begitu menikmati pertunjukan tersebut bersama anggota
keluarganya.
Pembukaan ini ditandai dengan pemukulan alat musik terothok oleh
Bupati Azwar Anas, Bupati Pakpak Bharat, Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko,
dan para wisatawan asing yang hadir. Dilanjutkan dengan penampilan
anggota Polres Banyuwangi yang didaulat sebagai tamu kehormatan pada
malam itu. Berlanjut dengan penampilan grup patrol Kampung Kawitan
Temenggungan Banyuwangi yang membawakan jazz patrol dengan irama unik
yang tak kalah memikat.
Bupati Anas mengatakan festival patrol sengaja digelar untuk
menghidupkan kembali tradisi lama yang saat ini sudah mulai tergeser.
Menurutnya, patrol adalah tradisi unik karena hanya bisa dijumpai saat
bulan Ramadhan. “Patrol adalah tradisi kebersamaan yang harus kita
lestarikan. Tradisi ini tidak hanya membangunkan orang untuk makan
sahur, tapi juga menjaga keamanan lingkungan. Melalui festival semacam
ini, kita coba membangkitkan kembali tradisi lama yang sudah mulai
ditinggalkan masyarakat,” kata Anas.
Festival patrol ini, imbuh Anas, juga melibatkan para budayawan
sebagai kurator. Di samping juga melibatkan seniman-seniman muda yang
pandai mengemas patrol menjadi sesuatu yang berbeda. “Contohnya jazz
patrol dari Kawitan yang memang digagas anak-anak muda di Kampung
Temenggungan. Mereka pun terbiasa melibatkan musisi dari berbagai negara
saat menyelenggarakan pertunjukan musik di kampungnya. Dengan
memasukkan patrol ke dalam Banyuwangi Festival ini, akan mendorong agar
komunitas yang tumbuh punya panggung yang lebih luas yang bisa
menampilkan kreativitasnya,” ujar Anas.
Digelar selama dua hari, di hari pertama event ini diikuti 12 grup penampil. Mereka perform sambil
berjalan keliling kampung. Namun sebelumnya, masing-masing grup
tersebut diberi kesempatan unjuk kebolehan bermusik dan bernyanyi di
atas panggung.
Salah satunya, kontingen dari Kecamatan Glagah. Grup yang mengusung
nama Patrol Jenggirat Tangi ini tampil apik meski hanya berlatih selama 4
hari. “Kami berlatih selama 4 hari, mulai bagaimana mengkombinasikan
irama yang rancak dari alat musik bambu dan koreografinya, plus
membawakan lagu-lagu campuran antara religi dan lagu khas Banyuwangi,”
kata Adelia Tasya Yolanda, vokalis kontingen ini.
Festival patrol diikuti 25 grup patrol yang dihimpun dari seluruh
kecamatan yang ada di Banyuwangi. Masing-masing grup, terdiri dari 15
orang yang memiliki keahlian berbeda-beda. Ada yang pegang seruling,
therotok, gong, tempal, kentongan atau pethit.
Selain alat musik, festival ini juga disertai vokalis yang mengiringi
musik patrol dengan sejumlah lagu-lagu bernafaskan Islami. Seperti
muruk ngaji, tombo ati, dan muji syukur.
Selama dua malam, para peserta berkeliling ke kampung-kampung. Tadi
malam (Selasa, 13/6), grup penampil diantaranya adalah kontingen dari
Kecamatan Glagah, Rogojampi, Pesanggaran, Tegaldlimo, Purwoharjo,
Cluring, Giri, Singojuruh, Wongsorejo, Blimbingsari, Genteng, Gambiran
dan Songgon. Mereka start dari depan Stadion Diponegoro – finish Pendopo
Kabupaten dengan melewati jalan kampung. Rutenya, Jalan Kapuas – Jl
Musi – Jl Bengawan - Jl Kali Lo – Jl MH Thamrin – Jembatan KH Abu Amar –
Jl Bromo – Jl Nias – Jl Sidopekso – selanjutnya menuju Sritanjung,
depan Pendopo kabupaten.
Sedangkan malam kedua nanti (Rabu, 14/6), giliran 12 kontingen
lainnya, diantaranya dari Kecamatan Tegalsari, Srono, Kalibaru, Sempu,
Kalipuro, Banyuwangi, Bangiorejo, Muncar, Siliragung, Kabat, Licin dan
Glenmore. Mereka akan mengambil start dari tempat yang sama di depan
Stadion Diponegoro – finish depan RTH Taman Makam Pahlawan. Tentunya
melewati sejumlah kampung di wilayah ini, antara lain Jalan Jagung
Suprapto – Jl Kapuas – Jl Musi – Jl Bengawan – Jl Serayu – Jl Datuk
Malik Ibrahim – Jl dr Soetomo- - Jl Pierre Tendean – Jl MT Haryono – Jl
Ngurah Rai – Jl A. Yani – dan berakhir di depan kantor Pemkab
Banyuwangi. (*)
Posting Komentar