Terus Lestarikan Tradisi Lama, Pemkab Banyuwangi Gelar Festival Patrol


BANYUWANGI – Musik Patrol merupakan salah satu kesenian tradisi yang telah lama berkembang di Banyuwangi. Saat bulan Ramadan tiba, patrol atau ronda sambil membawa beberapa alat musik yang terbuat dari bambu, sering dilakukan warga untuk membangunkan orang-orang saat sahur.

Untuk melestarikan tradisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar Festival Patrol. Festival patrol yang dilangsungkan pada 13-14 Juni, resmi dibuka Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Selasa  malam (13/6) di lapangan parkir depan Stadion Diponegoro.

Pembukaan festival patrol berlangsung lancar dan semarak. Walau pun udara malam cukup dingin, warga tetap antusias membanjiri lokasi tersebut. Tampak pula di tengah undangan Bupati Pakpak Bharat, Remigo Yolando Berutu beserta istri, Ketua DPRD Pakpak Bharat dan beberapa anggotanya, serta para kepala SKPD. Total ada 56 orang. Mereka terlihat lebur di tengah penonton. Selain itu juga terlihat beberapa wisatawan asing yang tampak begitu menikmati pertunjukan tersebut bersama anggota keluarganya.

Pembukaan ini ditandai dengan pemukulan alat musik terothok oleh Bupati Azwar Anas, Bupati Pakpak Bharat, Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko, dan para wisatawan asing yang hadir. Dilanjutkan dengan penampilan anggota Polres Banyuwangi yang didaulat sebagai tamu kehormatan pada malam itu. Berlanjut dengan penampilan grup patrol Kampung Kawitan Temenggungan Banyuwangi yang membawakan jazz patrol dengan irama unik yang tak kalah memikat.

Bupati  Anas mengatakan festival patrol sengaja digelar untuk menghidupkan kembali tradisi lama yang saat ini sudah mulai tergeser. Menurutnya, patrol adalah tradisi unik karena hanya bisa dijumpai saat bulan Ramadhan. “Patrol adalah tradisi kebersamaan yang harus kita lestarikan. Tradisi ini tidak hanya membangunkan orang untuk makan sahur, tapi juga menjaga keamanan lingkungan. Melalui festival semacam ini, kita coba membangkitkan kembali tradisi lama yang sudah mulai ditinggalkan masyarakat,” kata Anas.

Festival patrol ini, imbuh Anas, juga melibatkan para budayawan sebagai kurator. Di samping juga melibatkan seniman-seniman muda yang pandai mengemas patrol menjadi sesuatu yang berbeda. “Contohnya jazz patrol dari Kawitan yang memang digagas anak-anak muda di Kampung Temenggungan. Mereka pun terbiasa melibatkan musisi dari berbagai negara saat menyelenggarakan pertunjukan musik di kampungnya. Dengan memasukkan patrol ke dalam Banyuwangi Festival ini, akan mendorong agar komunitas yang tumbuh punya panggung yang lebih luas yang bisa menampilkan kreativitasnya,” ujar Anas.

Digelar selama dua hari, di  hari pertama event ini diikuti 12 grup penampil. Mereka  perform sambil berjalan keliling kampung. Namun sebelumnya, masing-masing grup tersebut diberi kesempatan unjuk kebolehan bermusik dan bernyanyi di atas panggung.

Salah satunya, kontingen dari Kecamatan Glagah. Grup yang mengusung nama Patrol Jenggirat Tangi ini tampil apik meski hanya berlatih selama 4 hari. “Kami berlatih selama 4 hari, mulai bagaimana mengkombinasikan irama yang rancak dari  alat musik bambu dan koreografinya, plus membawakan lagu-lagu campuran antara religi dan lagu khas Banyuwangi,” kata Adelia Tasya Yolanda, vokalis kontingen ini.

Festival patrol  diikuti 25  grup patrol yang dihimpun dari seluruh kecamatan yang ada di Banyuwangi. Masing-masing grup, terdiri dari 15 orang yang memiliki keahlian berbeda-beda.  Ada yang pegang seruling, therotok, gong, tempal, kentongan atau pethit.

Selain alat musik, festival ini juga disertai vokalis yang mengiringi musik patrol dengan sejumlah lagu-lagu bernafaskan Islami. Seperti muruk ngaji, tombo ati, dan muji syukur. 

Selama dua malam, para peserta  berkeliling ke kampung-kampung. Tadi malam (Selasa, 13/6),  grup penampil diantaranya adalah kontingen dari Kecamatan Glagah, Rogojampi, Pesanggaran, Tegaldlimo, Purwoharjo, Cluring, Giri, Singojuruh, Wongsorejo, Blimbingsari, Genteng, Gambiran dan Songgon. Mereka start dari depan Stadion Diponegoro – finish Pendopo Kabupaten dengan melewati jalan kampung. Rutenya, Jalan Kapuas – Jl Musi – Jl Bengawan - Jl Kali Lo – Jl MH Thamrin – Jembatan KH Abu Amar – Jl Bromo – Jl  Nias – Jl Sidopekso – selanjutnya menuju Sritanjung, depan Pendopo kabupaten. 

Sedangkan malam kedua nanti (Rabu, 14/6), giliran 12 kontingen lainnya, diantaranya dari Kecamatan Tegalsari, Srono, Kalibaru, Sempu, Kalipuro, Banyuwangi, Bangiorejo, Muncar, Siliragung, Kabat, Licin dan Glenmore. Mereka akan mengambil start dari tempat yang sama di depan Stadion Diponegoro – finish depan RTH Taman Makam Pahlawan. Tentunya melewati sejumlah kampung di wilayah ini, antara lain Jalan Jagung Suprapto – Jl Kapuas – Jl Musi – Jl Bengawan – Jl Serayu – Jl Datuk Malik Ibrahim – Jl dr Soetomo- - Jl Pierre Tendean – Jl MT Haryono – Jl Ngurah Rai – Jl A. Yani – dan berakhir di depan kantor Pemkab Banyuwangi. (*)

Posting Komentar

News TerPopuler

IKLAN

Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner
Link Banner
item